Sabtu, 24 Februari 2018

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI



PENDIDIKAN ANTI KORUPSI:
Harus Sejak Usia Dini

Hari Karyono*)
(today.karyono@gmail.com)

 
Setiap akhir tahun, lembaga-lembaga pemerintah dan non departemen memberikan evaluasi kinerjanya masing-masing. Tidak terkecuali KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Sebagai lembaga antirasuah, refleksi akhir tahun KPK menarik untuk dicermati.  Dalam pernyataannya, Ketua KPK Agus Rahardjo menyatakan bahwa KPK berhasil menyelamatkan uang negara 2.67 trilyun. Sementara itu, Wakil Ketua KPK Laode Syarif mengemukakan harapannya pada tahun 2018, bahwa kasus e-KTP dan BLBI bisa selesai tuntas.
Sebagai masyarakat awam, kita patut mengapresiasi kinerja KPK. Tidak hanya keberhasilan dalam menyelamatkan uang negara. Tetapi sebagai lembaga antibody, KPK sudah menjalankan Tupoksi (tugas pokok dan fungsi)-nya. Sudah menjadi rahasia umum, TOT OTT (operasi tangkap tangan) yang dilakukan banyak membuat hati para koruptor tidak tenang. Dibentuknya Pansus KPK oleh DPR tidak menyurutkan langkah-langkah KPK dalam melaksanakan tugasnya.
Seandainya, KPK tidak ada, maka korupsi akan lebih merajalela. Sedangkan ada KPK saja, pelaku korupsi tidak pernah jera. Alih-alih menghindari korupsi, begitu ada kesempatan meraup pundi-pundi, oknum-oknum tersebut tidak takut kena OTT.
Mengamati gegap gempitanya kasus korupsi, maka muncul gagasan pentingnya penanaman “Pendidikan Anti Korupsi (PAK)” di sekolah. Sebenarnya, PAK ini bagian dari Revolusi Mental yang pernah digagas Presiden Djoko Widodo. Ide yang direvitalisasi dari gagasan Presiden pertama, Ir. Soekarno. Revolusi mental kali pertama dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956. Presiden Soekarno. melihat revolusi nasional Indonesia saat itu sedang mandek. Padahal tujuan revolusi untuk meraih kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya belum tercapai.
Revolusi di zaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang melawan penjajah dan sekutunya, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kini, setelah 72 tahun setelah bangsa kita merdeka, sesungguhnya perjuangan itu belum, dan tak akan pernah berakhir. Kita semua masih harus melakukan revolusi, namun dalam arti yang berbeda. Bukan lagi mengangkat senjata, tapi membangun jiwa bangsa.
Mencermati fenomena tersebut di atas, penanaman PAK mendesak untuk segera dilaksanakan. KPK bekerjasama dengan Kemenristekdikti dan Kemendikbud perlu merealisasikan di lembaga pendidikan sejak dini. Sebagaimana pendidikan karakter yang ditanamkan sejak usia dini, maka PAK perlu diimplementasikan di sekolah. Sejak anak mengenal sekolah, yaitu sejak mereka duduk di Taman Kanak-Kanak (TK).
KPK sebagai lembaga antirasuah sebenarnya sudah menyusun buku pedoman PAK. Buku-buku tersebut mulai dari jenjang SD sampai dengan perguruan tinggi. Walaupun demikian, sampai saat ini buku/modul tersebut belum diimplementasikan secara nyata di sekolah. Oleh karena itu, senyampang semangat anti korupsi masih hangat-hangatnya, maka gagasan ini perlu diimplementasikan di lembaga pendidikan.
KPK dan Kementerian yang terkait merupakan suatu sinergi untuk membangun gerakan anti korupsi. Penanaman PAK sejak usia dini, diharapkan akan memberikan imunitas (kekebalan) terhadap virus korupsi. Virus korupsi sangat mudah menular, sehingga perlu vaksin untuk menanggkal virus tersebut. Untuk mencekal virus tersebut, instrumen yang dipandang efektif adalah melalui penanaman Pendidikan Anti Korupsi di lembaga pendidikan. Penanaman PAK dilaksanakan sejak TK sampai dengan perguruan tinggi.   
                                               
*) Penulis adalah dosen Pasacasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, anggota MSC (Malang Scripter Community).

Rabu, 21 Februari 2018

INDONESIA, NEGARA KEPULAUAN DAN PARIWISATA





INDONESIA, NEGARA KEPULAUAN DAN PARIWISATA

 
Hari Karyono*)

Indonesia sangat potensial sebagai negara tujuan wisata. Indonesia disebut juga sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Sebagai negara kepulauan terbesar  di dunia, Indonesia terdiri dari 17.508 pulau, termasuk 9.638 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km serta luas laut sekitar 3,1 juta km2, sehingga wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia dengan memiliki ekosistem pesisir seperti mangrove, terumbu karang (coral reefs) dan padang lamun (sea grass beds). Di Indonesia ada 5 dari 13 pulau terbesar didunia, yaitu : Kalimantan (Borneo) sebagai pulau terbesar ketiga di dunia dengan luas total 726.000 km² dan wilayah Indonesia seluas 539.460 km², Sumatera sebagai pulau terbesar keenam dengan luas 443.068 km², Papua sebagai pulau terbesar kedua didunia dengan luas total 800.000 km² dan wilayah Indonesia seluas 421.981 km², Sulawesi sebagai pulau terbesar kesebelas di dunia dengan luas total 174,600 km² dan pulau Jawa sebagai pulau terbesar ketigabelas di dunia dengan luas 138.793,6 km2
Negara kepulauan identik dengan sektor pariwisata. Indonesia memiliki banyak keanekaragaman adat istiadat, bahasa, agama, baju daerah, tarian, alat musik, dan yang lainya menjadi penunjang pariwisata di Indonesia. Dengan beribu – ribu pulau Indonesia menyajikan wisata yang sangat beraneka ragam dan keindahannya luar biasa. Keindahan alam indonesia sangat di dukung dengan iklim yang bagus, sebagai negara tropis. Indikator-indikator keanekaragaman budaya ini menjadikan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata yang sangat potensial.
Mencermati potensi Indonesia dari sudut pandang negara kepulauan. Indonesia sangat potensial sebagai negara tujuan wisata di dunia. Dibandingkan dengan negara tetangga, luasnya wilayah, jumlah pulau-pulau yang terdapat di Indonesia, mempunyai nilai lebih dibanding negara-negara ASEAN dan Asia. Permasalahannya berdasarkan pengamatan penulis, saat ini promosi pariwisata di Indonesia belum optimal.
Sektor pariwisata Indonesia pernah mengalami zaman keemasan. Pada saat pariwisata dibawah naungan Deparpostel (Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi). Demikian pula promosi sangat gencar dilakukan. Di Indonesia, lembaga non struktural yang mempromosikan pariwisata di dalam dan terutama di luar negari adalah PPPI (Pusat Promosi Pariwisata Indonesia). Pada saat itu di luar negeri pun ada beberapa pusat promosi pariwisata Indonesia, seperti di Berlin, dsbnya.
Event yang sangat fenomenal adalah dengan dicanangkannya “Visit Indonesia 1991” dan “Visit ASEAN 1992”. Event ini memberikan kontribusi sebagai instrumen yang menstimulasi industri pariwisata (perhotelan, travel agent, restaurant, entertainment, dsbnya). Peran kantor-kantor kedutaan Indonesia di luar negeri juga duta-duta kesenian ke luar negeri menjadi promosi yang efektif bagi pariwisata Indonesia.
Pada moment pesta demokrasi saat ini, apabila kita amati sektor pariwisata belum banyak dilirik sebagai sektor yang akan dikembangkan. Pada kandidat (calon) bupati/walikota dan calon gubernur ataupun petahana sedikit sekali yang menoleh ke sektor pariwisata. Hal ini nampak dari acara dialog dan debat antar kandidat yang ditayangkan oleh TV nasional. Sektor pariwisata belum menjadi prioritas dalam program-program yang diekspos dalam kampanye para kandidat.
Sudah saatnya sektor pariwisata memperoleh tempat yang proporsional. Oleh karena itu perlu good will dari pemerintah dan kementerian terkait untuk memberikan insentif dan regulasi, sehingga sektor pariwisata menjadi bangkit dan dapat menarik dollar lebih banyak masuk ke Indonesia. Jargon yang terkenal dalam promosi pariwisata untuk wisatawan mancanegara yang cukup populer adalah “banyak wisatawan datang, lama menginap dan banyak belanja”, nampaknya masih relevan untuk sektor pariwisata saat ini.
Sektor pariwisata pernah menjadi primadona sebagai instrumen untuk pendapatan negara dari non pajak. Kedatangan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia dapat menghasilkan pendapatan negara. Belum lagi efek ganda (multiply effect) di daerah-daerah tujuan wisata. Akan banyak pekerjaan/profesi sebagai dampak bagi ramainya sektor pariwisata ini. Di kantong-kantong yang ramai kunjungan di tujuan wisata, disamping hotel, homestay yang diusahakan oleh penduduk sekitar daerah tujuan wisata, demikian juga souvenirshop, pemandu wisata dan jasa-jasa lainnya yang diperlukan wisatawan seperti money changer, dsbnya.
Indonesia sebagai negara kepulauan adalah salah satu ikon saja dari hamparan permata di nusantara yang menjadi daya tarik pariwisatra. Masih banyak daya tarik pariwisata yang bisa lebih banyak mendatangkan wisatawan datang ke Indonesia, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Sudah saatnya pariwisata Indonesia menjadi primadona sebagai sektor andalan. Keanekaragaman budaya dan adat-istiadat dapat dijadikan “paket wisata” bagi travel agent untuk membuat tour intenary (rencana perjalanan). Dan tidak kalah pentingnya adalah akses ke wisata utama lebih mudah ditempuh oleh berbagai sarana angkutan umum.

*) Penulis adalah dosen Pacsasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, penulis buku-buku pariwisata dan anggota Malang Scripter Community (MSC) Malang.


REFORMASI PENDIDIKAN: UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

REFORMASI PENDIDIKAN: Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Hari Karyono*) Memperhatikan potret pendidikan nasional saat ini. Da...