INDONESIA, NEGARA KEPULAUAN DAN PARIWISATA
Hari
Karyono*)
Indonesia sangat potensial
sebagai negara tujuan wisata. Indonesia disebut juga sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia terdiri dari 17.508
pulau, termasuk 9.638 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak
berpenghuni. Indonesia merupakan negara kepulauan dengan panjang garis pantai
lebih dari 81.000 km serta luas laut sekitar 3,1 juta km2, sehingga wilayah
pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan
keanekaragaman hayati (biodiversity)
laut terbesar di dunia dengan memiliki ekosistem pesisir seperti mangrove,
terumbu karang (coral reefs) dan
padang lamun (sea grass beds). Di Indonesia
ada 5 dari 13 pulau terbesar didunia, yaitu : Kalimantan (Borneo)
sebagai pulau terbesar ketiga di dunia dengan luas total 726.000 km² dan
wilayah Indonesia seluas 539.460 km², Sumatera sebagai
pulau terbesar keenam dengan luas 443.068 km², Papua sebagai
pulau terbesar kedua didunia dengan luas total 800.000 km² dan wilayah
Indonesia seluas 421.981 km², Sulawesi sebagai
pulau terbesar kesebelas di dunia dengan luas total 174,600 km² dan pulau Jawa sebagai
pulau terbesar ketigabelas di dunia dengan luas 138.793,6 km2
Negara kepulauan
identik dengan sektor pariwisata. Indonesia memiliki
banyak keanekaragaman adat istiadat, bahasa, agama, baju daerah, tarian, alat
musik, dan yang lainya menjadi penunjang pariwisata di Indonesia. Dengan beribu
– ribu pulau Indonesia menyajikan wisata yang sangat beraneka ragam dan
keindahannya luar biasa. Keindahan alam indonesia sangat di dukung dengan iklim
yang bagus, sebagai negara tropis. Indikator-indikator keanekaragaman budaya
ini menjadikan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata yang sangat potensial.
Mencermati
potensi Indonesia dari sudut pandang negara kepulauan. Indonesia sangat
potensial sebagai negara tujuan wisata di dunia. Dibandingkan dengan negara
tetangga, luasnya wilayah, jumlah pulau-pulau yang terdapat di Indonesia,
mempunyai nilai lebih dibanding negara-negara ASEAN dan Asia. Permasalahannya
berdasarkan pengamatan penulis, saat ini promosi pariwisata di Indonesia belum
optimal.
Sektor
pariwisata Indonesia pernah mengalami zaman keemasan. Pada saat pariwisata
dibawah naungan Deparpostel (Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi).
Demikian pula promosi sangat gencar dilakukan. Di Indonesia, lembaga non
struktural yang mempromosikan pariwisata di dalam dan terutama di luar negari
adalah PPPI (Pusat Promosi Pariwisata Indonesia). Pada saat itu di luar negeri
pun ada beberapa pusat promosi pariwisata Indonesia, seperti di Berlin, dsbnya.
Event yang sangat fenomenal
adalah dengan dicanangkannya “Visit
Indonesia 1991” dan “Visit ASEAN 1992”. Event ini memberikan kontribusi
sebagai instrumen yang menstimulasi industri pariwisata (perhotelan, travel
agent, restaurant, entertainment, dsbnya). Peran kantor-kantor kedutaan
Indonesia di luar negeri juga duta-duta kesenian ke luar negeri menjadi promosi
yang efektif bagi pariwisata Indonesia.
Pada moment pesta demokrasi
saat ini, apabila kita amati sektor pariwisata belum banyak dilirik sebagai
sektor yang akan dikembangkan. Pada kandidat (calon) bupati/walikota dan calon
gubernur ataupun petahana sedikit sekali yang menoleh ke sektor pariwisata. Hal
ini nampak dari acara dialog dan debat antar kandidat yang ditayangkan oleh TV
nasional. Sektor pariwisata belum menjadi prioritas dalam program-program yang
diekspos dalam kampanye para kandidat.
Sudah saatnya sektor
pariwisata memperoleh tempat yang proporsional. Oleh karena itu perlu good will dari pemerintah dan
kementerian terkait untuk memberikan insentif dan regulasi, sehingga sektor
pariwisata menjadi bangkit dan dapat menarik dollar lebih banyak masuk ke
Indonesia. Jargon yang terkenal dalam promosi pariwisata untuk wisatawan
mancanegara yang cukup populer adalah “banyak wisatawan datang, lama menginap
dan banyak belanja”, nampaknya masih relevan untuk sektor pariwisata saat ini.
Sektor pariwisata pernah
menjadi primadona sebagai instrumen untuk pendapatan negara dari non pajak.
Kedatangan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia dapat menghasilkan
pendapatan negara. Belum lagi efek ganda (multiply
effect) di daerah-daerah tujuan wisata. Akan banyak pekerjaan/profesi
sebagai dampak bagi ramainya sektor pariwisata ini. Di kantong-kantong yang
ramai kunjungan di tujuan wisata, disamping hotel, homestay yang diusahakan
oleh penduduk sekitar daerah tujuan wisata, demikian juga souvenirshop, pemandu
wisata dan jasa-jasa lainnya yang diperlukan wisatawan seperti money changer,
dsbnya.
Indonesia sebagai negara
kepulauan adalah salah satu ikon saja dari hamparan permata di nusantara yang
menjadi daya tarik pariwisatra. Masih banyak daya tarik pariwisata yang bisa
lebih banyak mendatangkan wisatawan datang ke Indonesia, baik wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara. Sudah saatnya pariwisata Indonesia
menjadi primadona sebagai sektor andalan. Keanekaragaman budaya dan
adat-istiadat dapat dijadikan “paket wisata” bagi travel agent untuk membuat tour intenary (rencana perjalanan). Dan
tidak kalah pentingnya adalah akses ke wisata utama lebih mudah ditempuh oleh
berbagai sarana angkutan umum.
*)
Penulis adalah dosen Pacsasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, penulis
buku-buku pariwisata dan anggota Malang Scripter Community (MSC) Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar