PTK
(Penelitian Tindakan Kelas
Dr. Hari Karyono, M.Pd
Dosen Pascasarjana Universitas
PGRI Adi Buana Surabaya
(today.karyono@gmail.com)
A. Latar Belakang
Peningkatan
kualitas pendidikan merupakan salah satu fokus di dalam pembangunan pendidikan
Indonesia dewasa ini. Upaya ini dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara
lain: melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, pelatihan
dan pendidikan, atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
masalah-masalah pembelajaran dan nonpembelajaran secara profesional lewat
penelitian tindakan secara terkendali. Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan
tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
saat menjalankan tugasnya akan memberikan dampak positif ganda. Pertama,
peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran
yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil
belajar. Ketiga, penerapan prinsip pembelajaran berbasis
penelitian.
Sejak kira-kira sepuluh tahun
yang lalu, muncul sebuah pendekatan penelitian yang langsung terkenal.
Pendekatan tersebut dikenal dengan nama Penelitian Tindakan Kelas, dari negeri
asal yang berbahasa Inggris dengan istilah Classroom Action Research,
disingkat CAR. Penelitian tersebut muncul karena adanya kesadaran pelaku
kegiatan yang merasa tidak puas dengan hasil kerjanya. Dengan didasari atas
kesadaran sendiri, pelaku yang bersangkutan mencoba menyempurnakan
pekerjaannya, dengan cara melakukan percobaan yang dilakukan berulang-ulang,
prosesnya diamati dengan sungguh-sungguh sampai mendapatkan proses yang
dirasakan memberikan hasil yang lebih baik dari semula.
Ketika
model penelitian tindakan kelas ini mulai diperkenalkan, banyak ilmuwan yang
tidak setuju, dan beranggapan bahwa penelitian tindakan ini kurang ilmiah,
karena dilakukan dengan coba-coba. Namun setelah diketahui hasilnya bermanfaat,
dan memang dilakukan secara sistematis dan menggunakan langkah-langkah yang
benar, maka semakin pesatlah perkembangannya.
Melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran
dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan
pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan
secara sistematis. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar
(learning culture) di kalangan guru-siswa di sekolah. PTK menawarkan
peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini
menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya sebagai peneliti, sebagai agen
perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.
Menurut pengertiannya
penelitian tindakan kelas adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di
masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasil-nya langsung dapat dikenakan pada
masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian
tindakan kelas adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan
anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu strategi
pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses
pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut
dapat saling mendukung satu sama lain.
B. Artikulasi Penelitian Tindakan Kelas
Namanya adalah Penelitian Tindakan Kelas,
terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut:
● Penelitian
– kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang berman-faat untuk meningkatkan mutu suatu
hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
● Tindakan – sesuatu gerak kegiatan
yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini
berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
● Kelas – adalah sekelompok siswa yang
dalam waktu yang sama meneri-ma pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan
yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama,
untuk melum-puhkan pengertian yang salah dan difahami secara luas oleh umum
dengan ”ruangan tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud ruangan tetapi
sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
Dengan menggabungkan batasan
pengertian tiga kata tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan
terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian tindakan kelas sebenarnya tidak sulit,
karena guru tinggal melakukan dengan sengaja dan diamati hasilnya secara seksama.
Kadang-kadang hambatan yang muncul terletak pada bagaimana mencari judul ketika akan memulai
kegiatannya, padahal permasalahan guru sebenarnya begitu banyak. Jika guru
menyadari kelemahan hasil dari pekerjaannya, maka sebenarnya itulah hal yang sudah
tepat dijadikan judul.
C.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan Penelitian Tindakan
Kelas adalah (1) meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan
dan pembelajaran di sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK); (2) membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya
mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas; (3) meningkatkan sikap profesional pendidik dan
tenaga kependidikan, (4) menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan
sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable); (5)
meningkatkan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan khususnya di sekolah
dalam melakukan PTK; dan (6) meningkatkan kerjasama profesional di antara
pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah.(Depdiknas, 2004).
D. Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas
Bidang kajian Penelitian
Tindakan Kelas antara lain mencakup masalah-masalah sebagai berikut: (1) masalah
belajar siswa di sekolah (termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah
belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi); (2) desain
dan strategi pembelajaran di kelas (termasuk dalam tema ini, antara lain:
masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam
metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam
proses belajar siswa); (3) alat bantu, media dan sumber belajar (termasuk dalam
tema ini, antara lain: masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber
belajar di dalam/luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan
masyarakat); (4) sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran
(termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran,
pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi); (5) pengembangan pribadi
peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya (termasuk dalam tema
ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik,
peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik-peserta didik dan orangtua
dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik); dan (6) masalah kurikulum
(termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi KBK, urutan penyajian materi
pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar).
D. Luaran Penelitian Tindakan Kelas
Luaran umum yang diharapkan dihasilkan dari PTK
adalah sebuah peningkatan atau perbaikan (improvement and theraphy),
antara lain sebagai berikut: (1) peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja
belajar siswa di sekolah; (2) peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses
pembelajaran di kelas; (3) peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas
penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya; (4)
peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang
digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa; (5) peningkatan atau
perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak di sekolah; dan (6)
peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan
pengembangan kompetensi siswa di sekolah.
E. Kolaborasi dalam Penelitian Tindakan
Kelas
1. Permasalahan penelitian tindakan kelas
harus digali atau didiagnosis secara kolaboratif dan sistematis oleh dosen dan
guru dari masalah yang nyata dihadapi guru dan/atau siswa di sekolah. Masalah
penelitian bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dari hasil penelitian
terdahulu, tetapi masalah lebih ditekankan pada permasalahan aktual
pembelajaran di kelas.
2. Penelitian ini bersifat kolaboratif,
dalam pengertian usulan harus secara jelas menggambarkan peranan dan intensitas
masing-masing anggota pada setiap kegiatan penelitian yang dilakukan, yaitu:
pada saat mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian
(melaksanakan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi),
menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.
3. Dalam PTK, kedudukan peneliti setara
dengan guru, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggungjawab yang
saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.
F. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Ciri terpenting dari penelitian
tindakan adalah bahwa penelitian tersebut merupakan suatu upaya untuk
memecahkan masalah, sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.(Arikunto, 2006).
Dari ciri tersebut maka
penelitian tindakan dapat dilakukan dengan tujuan, setting dan lokasinya
yang sekaligus tentang namanya antara lain:
1. Penelitian tindakan partisipatori (participatory
action research) yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan menekankan
keterlibatan masyarakat agar merasa ikut serta memiliki program kegiatan
tersebut serta berniat ikut aktif memecahkan masalah berbasis masyarakat.
2. Penelitian tindakan kritis (critical
action research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan menekankan adanya
niat yang tinggi untuk bertindak memecahkan masalah dan menyempurnakan situasi.
3. Penelitian tindakan kelas (classroom
action research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau
di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan proses dan praksis pembelajaran.
4. Penelitian tindakan institusi (institutional
action reserach), yaitu dilakukan oleh pihak pengelola sekolah sebagai
sebuah organisasi pendidikan untuk meningkatkan kinerja, proses, dan
produktivitas lembaga.
G. Penetapan Fokus Masalah Penelitian
1. Merasakan adanya masalah
Pertanyaan yang mungkin timbul
bagi pemula PTK adalah: bagaimana memulai Penelitian Tindakan Kelas? Untuk
dapat menjawab pertanyaan ter-sebut, pertama-tama yang harus dimiliki guru
adalah perasaan ketidakpuasan terhadap praktik pembelajaran yang selama ini
dilakukannya. Manakala guru merasa puas terhadap apa yang ia lakukan dalam
proses pembelajaran di kelasnya, meskipun sebenarnya terdapat banyak hambatan
yang dialami dalam pengelolaan proses pembelajaran, sulit kiranya bagi guru
untuk memunculkan pertanyaan seperti di atas, yang kemudian dapat memi-cu untuk
dimulainya sebuah PTK (Suyanto, 1997).
Oleh sebab itu, agar guru
dapat menerapkan PTK dalam upayanya untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan
layanan pembelajaran secara lebih profesional, ia dituntut keberaniannya untuk
mengatakan secara jujur khususnya kepada dirinya sendiri mengenai sisi-sisi
lemah yang masih terdapat dalam implementasi program pembelajaran yang
dikelolanya. Dengan kata lain guru harus mampu merefleksi, merenung, serta
berpikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses
pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada.
Dalam proses perenungan itu terbuka peluang bagi guru untuk menemukan
kelemahan-kelemahan praktik pembelajaran yang selama ini selalu dilakukannya
secara tanpa disadari. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan secara maksimal
potensi PTK bagi perbaikan proses pembelajaran, guru perlu memulainya sedini
mungkin begitu ia merasakan adanya persoalan-persoalan dalam proses
pembelajaran.
Dengan kata lain, permasalahan
yang diangkat dalam PTK harus be-nar-benar merupakan masalah-masalah yang
dihayati oleh guru dalam prak-tik pembelajaran yang dikelolanya, bukan
permasalahan yang disarankan, apalagi ditentukan, oleh pihak luar termasuk oleh
guru yang menjadi mitra-nya. Permasalahan tersebut dapat berangkat (bersumber)
dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran dan hasil
belajar siswa.
2. Identifikasi Masalah PTK
Sebagaimana telah dikemukakan,
penerapan arah PTK berangkat dari diagnosis terhadap keadaan yang bersifat
umum. Guru juga bisa memicu proses penemuan permasalahan tersebut dengan
keadaan bertolak dari ga-gasan-gagasan yang masih bersifat umum mengenai keadaan
yang perlu di-perbaiki, Menurut Hopkins (1993), untuk mendorong pikiran-pikiran
dalam mengembangkan fokus PTK, kita bisa bertanya kepada diri sendiri,
misalnya:
-
Apa
yang sedang terjadi sekarang ?
-
Apakah
yang terjadi itu mengandung permasalahan ?
-
Apa
yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya ?
Apabila pertanyaan tersebut
telah ada di dalam pikiran guru sebagai aktor PTK, maka langkah dapat
dilanjutkan dengan mengembangkan bebera-pa pertanyaan seperti di bawah ini:
-
Saya
berkeinginan memperbaiki .................
-
Berapa
orangkah yang merasa kurang puas tentang ...............
-
Saya
dibingungkan oleh ................
-
Saya
memilih untuk mengujicobakan di kelas saya gagasan tentang....
-
Dan
seterusnya.
Pada tahap ini yang paling
penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual
yang dialami guru di kelas. Dengan berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut
guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK.
Jika mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi
permasalahan, guru dapat meminta bantuan pada rekan sesama guru, berdiskusi
dengan mitra-nya dan/atau melacak sumber-sumber kepustakaan yang relevan. Namun
para kolega itu perlu memaklumi bahwa ada kemungkinan juga guru yang
bersangkutan akan lebih terfokus pada kesulitannya daripada kepada tujuan dan
perubahan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Apabila menghadapi hal seperti
ini guru perlu diajak mendalami lebih jauh permasalahan yang dihadapi. Mitra
harus siap menjadi pendengar yang baik dan terbuka agar semua permasalahan yang
dihadapi guru di dalam tu-gasnya dapat diidentifikasi. Sebaliknya, mitra itu
harus berupaya keras, agar ia tidak terperosok dan menempatkan diri sebagai
pembina dan pengarah, sebab ia juga ada posisi membutuhkan kesempatan belajar
baik dalam me-mahirkan diri dalam PTK maupun dalam mengakrabi lapangan.
3. Analisis Masalah
Setelah memperoleh sederet
permasalahan melalui proses identifikasi ini, maka peneliti-guru kelas
sendirian atau dengan bermitra dengan guru yang lain-melakukan analisis
terhadap masalah-masalah tersebut untuk me-nentukan urgensi pengatasan. Dalam
hubungan ini, akan tertemukan perma-salahan yang sangat mendesak untuk diatasi
seperti misalnya penguasaan operasi matematik, atau yang dapat ditunda
pengatasannya tanpa kerugian yang besar, seperti misalnya kemampuan membaca
peta buta. Bahkan me-mang ada permasalahan yang tidak dapat diatasi dengan PTK,
seperti misal-nya kesalahan-kesalahan faktual dan/atau konseptual yang terdapat
dalam buku paket. Menurut Abimanyu (1995) arahan yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan permasalahan untuk PTK adalah sebagai berikut :
1) Pilih permasalahan yang dirasa penting
oleh guru sendiri dan muridnya, atau topik yang melibatkan guru dalam
serangkaian aktivitas yang memang diprogramkan oleh sekolah.
2) Jangan memilih masalah yang berada di luar
kemampuan dan/atau kekuasaan guru untuk mengatasinya.
3) Pilih dan tetapkan permasalahan yang
skalanya cukup kecil dan ter-batas (managable).
4) Usahakan untuk bekerja secara kolaboratif
dalam pengembangan fokus penelitian.
5) Kaitkan PTK yang akan dilakukan dengan
prioritas-prioritas yang dite-tapkan dalam rencangan pengembangan sekolah.
d. Perumusan Masalah
Setelah menetapkan fokus
permasalahan serta menganalisisnya men-jadi bagian-bagian yang lebih kecil,
maka selanjutnya guru perlu merumus-kan permasalahan secara lebih jelas,
spesifik dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang
bagi guru untuk menetapkan tin-dakan perbaikan (alternatif solusi) yang perlu
dilakukannya, jenis data yang dikumpulkan termasuk prosedur perekamannya serta
cara menginterpretasi-kannya, khususnya yang perlu dilakukan sementara tindakan
perbaikan dilak-sanakan dan data mengenai proses dan/atau hasilnya itu direkam.
H.
Perencanaan Tindakan
1. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis
tindakan
Agar dapat menyusun hipotesis
tindakan dengan tepat, sebagai peneliti guru dapat melakukan :
- Kajian teoritik di bidang pembelajaran pendidikan.
- Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan.
- Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan se-bagainya.
- Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang dituang-kan dalam bentuk program, dan
- Merefleksikan pengalamannya sendiri sebagai guru.
2. Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan
Menurut Soedarsono (1997)
beberapa hal yang perlu diperhatikan da-lam mengkaji kelaikan hipotesis
tindakan adalah sebagai berikut:
- Implementasi suatu PTK akan berhasil, hanya apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang merupakan aktornya, Di pihak lain, sebagaimna telah dikemukakan, untuk pelaksanaan PTK kadang-kadang memang masih diperlukan peningkatan kemampuan guru me-lalui berbagai bentuk pelatihan sebagai komponen penunjang. Selan-jutnya, selain persyaratan kemampuan, keberhasilan pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh adanya komitmen guru ang merasa tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata lain, PTK dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau didorong oleh keinginan untuk memperoleh imbalan finansial.
- Kemampuan siswa juga perlu dipehitungkan baik dari segi fisik, psiko-logis, dan sosial budaya maupun etik. Dengan kata lain, PTK seyogya-nya tidak dilaksanakan apabila diduga akan berdampak merugikan sis-wa.
- Fasilitas dan sarana pendukung yang tersedia di kelas atau sekolah juga perlu diperhitungkan, sebab pelaksanaan PTK dengan mudah da-pat dihambat oleh kekurangan dukungan fasilitas penyelenggaraan. Oleh karena itu, demi keberhasilan PTK, maka guru dan mitranya di-tuntut untuk dapat mengusahakan fasilitas dan sarana yang diperlukan.
- Selain kemampuan siswa sebagai perorangan, keberhasilan PTK juga sangat tergantung pada iklim belajar di kelas atau sekolah. Dengan kata lain, perbaikan iklim belajar di kelas dan di sekolah memang harus dapat dijadikan sebagai salah satu sasaran PTK.
- Selain iklim sekolah, iklim kerja sekolah juga menentukan keberhasilan penyelenggaraan PTK. Dengan kata lain, dukungan dari kepala seko-lah serta rekan sejawat guru dapat memperbesar peluang keberhasilan PTK.
3. Persiapan Tindakan
Langkah-langkah persiapan yang
perlu dilakukan adalah:
- Membuat skrenario pembelajaran.
- Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan, seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga.
- Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan.
- Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan, sehingga dapat menumbuhkan serta mempertebal kepercayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya. Sebagai aktor PTK, guru harus terbebas dari rasa takut gagal dan takut berbuat kesalahan.
I.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi
1. Pelaksanaan Tindakan
Jika semua persiapan telah
rampung, maka skenario tindakan perbaik-an yang telah direncanakan dilaksanakan
dalam situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini
merupakan tindakan pokok dalam siklus PTK, dan sebagaimana telah disyaratkan,
pada saat yang bersamaan kegiat-an pelaksanaan ini juga dibarengi dengan
kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.
2. Observasi dan interpretasi
Secara umum, observasi adalah
upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan
perbaikan tersebut berlangsung, dengan atau tanpa alat bantu. Yang penting
dicatat pada kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam
rekaman hasil observasi.
3. Diskusi balikan (review discussion)
Diskusi balikan menjanjikan
kemanfaatan yang optimal apabila:
- Diberikan tidaklebih dari 24 jam setelah observasi.
- Digelar dalam suasana yang mutually supportive dan non-threatening.
- Bertolak dari rekaman data yang dibuat oleh pengamat.
- Diinterpretasikan secara bersama-sama oleh aktor tindakan perbaikan dan pengamat dengan kerangka pikir tindakan perbaikan yang telah digelar, dan
- Penambahan mengacu kepada penetapan sasaran serta pengem-bangan strategi perbaikan untuk menentukan perencanaan berikutnya.
4. Analisis dan Refleksi
Untuk dapat melakukan secara
efekif pengambilan keputusan sebe-lum, sementara dan setelah sesuatu program
pembelajaran diaksanakan, guru dan terlebih-lebih ketika juga berperan sebagai
pelaksana PTK, melaku-kan refleksi dalam arti merenungkan secara intens apa
yang telah terjadi dan tidak terjadi, mengapa segala sesuatu terjadi dan tidak
terjadi, serta menjaja-gi alternatif-alternatif solusi yang perlu dikaji,
dipilih dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki.
Secara teknis, refleksi
dilakukan dengan melakukan analisis dan sinte-sis, di samping induksi dan
deduksi. Suatu proses analitik terjadi apabila obyek kajian diuraikan menjadi
bagian-bagian, serta dicermati unsur-unsurnya. Sedangkan suatu proses sintetik
terjadi apabila berbagai unsur obyek kajian yang telah diurai tersebut dapat
ditentukan kesamaan esensinya secara konseptual, sehingga dapat ditampilkan
sebagai suatu kesatuan.
a. Analisis Data
Analisis data dilakukan
melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi
data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan
dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan
data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk
paparan naratif, representasi tabular termasuk format matriks, representasi
grafis, dan sebagainya. Se-dangkan penyimpulan adalah proses pengambilan
intisari dari sajian data yang telah terorganisir tersebut dalam bentuk
pernyataan kalimat dan/atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung
pengertian luas.
b. Refleksi
Refleksi dalam PTK adaah upaya
untuk mengkaji apa yang telah dan/ atau tidak terjadi, apa yang telah
dihasilkan atau yang belum berhasil ditun-taskan dengan tindakan perbaikan yang
telah dilakukan. Hasil refleksi digu-nakan untuk menetapkan langkah atau
langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Dengan kata lain,
refleksi merupakan pengkaji-an terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam
pencapaian tujuan sementa-ra, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka
mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian berbagai
tujuan semen-tara lainnya.
Apabila dicermati, dalam
proses refleksi tersebut dapat ditemukan komponen-komponen sebagai berikut:
ANALSIS PEMAKNAAN PENJELASAN PENYUSUNAN KESIMPULAN IDENTIFIKASI TINDAK LANJUT
Yang kesemuanya itu dilakukan dalam kerangka pikir
tindakan perbaikan yang ditetapkan sebelumnya.
5. Perencanaan Tindak Lanjut
Hasil analisis dan refleksi
akan menentukan apakah tindakan yang te-lah dilaksanakan telah dapat mengatasi
masalah yang memicu penyelengga-raan PTK atau belum. Jika hasilnya belum
memuaskan atau masalahnya be-lum terselesaikan, maka dilakukan tindakan
perbaikan lanjutan dengan mem-perbaiki tindakan perbaikan sebelumnya.
Dengan kata lain, jika masalah
yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya, maka PTK harus
dilanjutkan pada siklus ke-2 dengan prosedur yang sama seperti pada siklus ke-1
(perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
interpretasi, dan analisis-refleksi). Jika pada siklus ke-2 ini permasalahan
sudah terselesaikan (memuaskan), maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus ke-3.
Namun jika pada siklus ke-2 masalahnya belum terselesaikan, maka perlu dilanjutkan
dengan siklus ke-3, dan seterusnya.
J.
Pentahapan PTK
Pada prinsipnya, penerapan PTK atau CAR (Classroom Action Research) dimaksudkan
untuk mengatasi berbagai masalah yang terdapat di dalam kelas. Oleh karena itu,
terdapat beberapa model atau desain yang dapat diterapkan melalui pentahapan
PTK. Salah satunya pentahapan tersebut adalah sebagaimana pentahapan PTK yang
dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart. Secara keseluruhan, keempat tahapan
dalam Penelitian Tindakan Kelas ini membentuk suatu siklus (daur) PTK yang
digambarkan sebagaimana diagram
pada gambar 1 pada halaman berikut ini
Gambar 1: Diagram Alir Rancangan Penelitian, diadaptasi
dari
Kemmis & Taggart (1988)
K.
Simpulan dan Rekomendasi
PTK yang dilaksanakan secara
kolaboratif bertujuan untuk meningkat-kan kinerja guru serta hasil belajar
siswa. Dengan kata lain, PTK bertujuan bukan hanya berusaha mengungkapkan
penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi, seperti misalnya
kesulitan siswa dalam memahami pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih
penting lagi adalah memberikan solusi berupa tindakan untuk mengatasi
permasalahan pembelajaran tersebut.
Uraian singkat di atas,
diharapkan akan dapat memberikan gambaran mengenai hal-hal terkait dengan PTK,
yaitu (1) mengidentifikasi permasalah-an dalam PTK, (2) menganalisis tindakan
perbaikan berdasarkan contoh ru-musan masalah yang diajukan, (3) merencanakan
tindakan perbaikan berdasarkan contoh rumusan masalah yang diajukan, (4)
memahami tahap pelaksanaan tindakan dan cara observasi-interpretasi yang
dilakukan semen-tara PTK berlangsung, (5) memahami cara menganalisis data hasil
observasi serta melakukan refleksi berkenaan dengan tindakan perbaikan yang
dilaksa-nakan, dan (6) memahami cara merencanakan tindak lanjut siklus dalam
PTK.
Langkah
awal dari pengembangan materi PTK ini adalah diharapkan ada bekal untuk
menyusun suatu usulan/proposal PTK. Ada beberapa model penyusunan proposal PTK.
Salah satunya adalah sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 1 makalah ini.
Tentu saja agar proposal ini dapat dilanjutkan dengan pelaksanaan di lapangan
(kelas), maka perlu pembimbingan secara intensif sampai dengan penyusunan
laporan PTK.
Disarankan
kepada peserta pelatihan untuk terus mencoba memprak-tekkan membuat PTK secara
berkelanjutan. Untuk menambah pengetahuan tentang PTK sebaiknya tidak jemu
untuk terus belajar melalui bahan rujukan PTK yang relevan sebagaimana
dipaparkan dalam daftar rujukan terlampir. Wasana kata, selamat ber-PTK-ria.
Dan semoga dengan tambahan wawasan ini semakin dapat meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan.
DAFTAR
RUJUKAN
Abimanyu, S. 1998. Penyusunan
Proposal PTK. Makalah dalam PCP PTK Proyek PGSM tanggal 18-22 Oktober 1998.
Arikunto, S. 2006. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, S., Suhardjono
& Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Pelatih Proyek PGSM.
1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru
Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah (Secondary
School Teacher Development Project),
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Departemen Pendidikan
Nasional. 2004. Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) Untuk Tahun Anggaran 2005. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman
Penyusunan Usulan Penelitian Peningkatan Pembelajaran di LPTK (Research for the
Umprovement of Instruction) Untuk Tahun Anggaran 2005. Jakarta: Direktorat Pembinaan Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional.
Soedarsono, FX. 1997. Rencana.
Desain dan Implementasi Dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: BP3SD,
Dirjen Dikti, Depdikbud.
Susilo, H., Chotimah, H.
& Sari, Y.D. 2008. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana Pengembangan
Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia Publishing.
Suyanto. 1996/1997. Pengenalan
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: BP3SD, Dirjen Dikti, Depdikbud.
Wiriatmadja, R. 2005. Metode
Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1:
PENYUSUNAN
PROPOSAL
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS (PTK)
(Classroom
Action Research)
1. Judul
Judul PTK hendaknya menyatakan dengan akurat dan padat permasa-lahan
serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecah-an masalah.
Formulasi judul henaknya
singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok
PTK, bukan sosok penelitian formal.
2. Latar Belakang Masalah
Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya
diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk
itu, harus ditunjukkan fakta-fakta yang mendukung, baik yang berasal dari
pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil
peneliti-an-penelitian terdahulu, apabila ada, juga akan lebih mengokohkan
argumen-tasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan
ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK berbeda dari
peneliti-an formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.
3. Permasalahan
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melaui
PTK ini dijabar-kan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya
benar-benar di-angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan
perlu di-selesaikan melalui PTK. Sebaliknya, permasalahan yang dimaksud
seyogya-nya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan
PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah,
yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan re-fleksi awal
sehingga menjadi lebih jelas. Dengan kata lain, bagian ini dikunci dengan
perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus harus secara
konsisten tertampilkan.
4. Cara Pemecahan
Masalah
Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan
hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil
analisis masalah. Di samping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan
ke-manfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau berbagai
program sekolah lainnya. Juga harus dicermati bahwa artikulasi ke-manfaatan
hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan
implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya.
Juga harus dicermati bahwa artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan
penelitian formal.
5. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.
Paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus
konsisten dengan hakikat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian
sebe-lumnya. Dengan sendirinya, artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan
formal.
Disampng tujuan PTK, juga perlu diuraikan
kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara
spesifik keuntung-an-keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai
pewaris lang-sung (direct beneficiaries) hasil PTK, disamping bagi guru
pelaksana PTK, bagi rekan-rekan guru sebagai pendidik. Berbeda dari konteks
penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu, teknologi dan seni tidak
me-rupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak
ditolak.
6. Kerangka Teoritik dan
Hipotesis Tindakan
Pada
bagian ini diuraikan landasan substantif-dalam arti teoritik dan/atau
metodologik-yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif tindakan
yang akan di-implementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan
kajian terhadap baik pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri yang relevan maupun
pelaku-pelaku PTK lain di samping terhadap teori-teori yang lazim termuat dalam
berbagai kepustakaan. Argumentasi lo-gik dan teoritik diperlukan guna menyusun
kerangka konseptual. Atas dasar kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis
tindakan dirumuskan.
7. Rencana
Penelitian
a. Setting Penelitian dan Karakteristik
Subjek Penelitian
Pada
bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa
dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposi-si siswa pria
wanita, latar belakang sosial-ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan,
tingkat kemampuan dan lain sebagainya.
b. Variabel
yang Diselidiki
Pada
bagian ini ditentukan variabel/variabel-variabel penelitian yang dijadikan
titik-titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Vari-abel tersebut dapat berupa: (1) variabel
input yang terkait dengan siswa, gu-ru, bahan pelajaran, sumber belajar,
prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya, (2) variabel proses
penyelenggaraan KBM seperti inter-aksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya
guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar
di kelas, dan sebagai-nya, dan (3) variabel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan
siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap
siswa terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan,
dan sebagainya.
c. Rencana
Tindakan
Pada
bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran,
seperti:
1)
Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan
sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior,
pelancaran tes diag-nostik utnuk menspesifikasi masalah, pembuatan skenario
pembelajaran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain-lain
yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternatif-alternatif solusi yang akan
dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.
2)
Implementasi
Tindakan, yaitu deskripsi
tindakan yang akan digelar skena-rio kerja tindakan perbaikan.
3)
Observasi
dan Interpretasi, yaitu
uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan
produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
4)
Analisis
dan Refleksi, yaitu
uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi
berkenan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar,
personel yang akan dilibatkan, serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur
berikutnya.
d. Data dan
cara pengumpulan
Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas data yang akan dikumpulkan yang
berkenan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang digelar, yang
akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan
tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat
kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Di samping itu teknik pengumpulan data yang diperlukan juga harus diuraikan
dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan jurnal harian,
observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan/atau
alat bantu rekam yang akan digunakan), penggambaran interaksi dalam kelas
(analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur
asesmen, dan sebagainya. Selanjutnya, dalam prosedur pengumpuan data PTK ini
tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, para guru juga harus aktif
sebagai pengumpul data, bukan semata-mata se-bagai sumber data.
Akhirnya, semua teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat
penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab, meskipun
mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik, penggunaan
teknologi perekaman data yang canggih dapat saja keras pada tahap tayang ulang
dalam rangka analisis dan interpretasi data.
e.
Indikator Kinerja
Pada bagian ini, tolok ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan
secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya. Untuk tindakan perbaik-an
melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya, perlu
ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah, je-nis
dan/atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga
sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
f. Tim
peneliti dan tugasnya
(apabila ada).
8.
Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam maktriks yang menggambar-kan
urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
9.
Rencana Anggaran
(apabila ada).
10.Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun menurut abjad pengarang. Hendaknya pustaka yang
ditulis benar-benar relevan dan sungguh-sungguh dipergunakan dalam penelitian.
11.Lampiran
Hal-hal lain yang dapat memperjelas karakteristik kancah PTK yang
di-usulkan, juga dapat disertakan dalam usulan penelitian ini.
Hard Rock Hotel and Casino Pittsburgh - DRMCD
BalasHapusA large-scale casino renovation is coming to 제천 출장안마 Hard Rock Hotel 순천 출장안마 and 진주 출장안마 Casino Pittsburgh in Pittsburgh, including a new 1,200-room 안성 출장샵 hotel tower 하남 출장마사지