Senin, 08 Januari 2018

PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)



PTK (Penelitian Tindakan Kelas

Dr. Hari Karyono, M.Pd
Dosen Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
(today.karyono@gmail.com)

A. Latar Belakang
            Peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu fokus di dalam pembangunan pendidikan Indonesia dewasa ini. Upaya ini dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara lain: melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, pelatihan dan pendidikan, atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan nonpembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali. Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberikan dampak positif ganda. Pertama, peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, penerapan prinsip pembelajaran berbasis penelitian.  
Sejak kira-kira sepuluh tahun yang lalu, muncul sebuah pendekatan penelitian yang langsung terkenal. Pendekatan tersebut dikenal dengan nama Penelitian Tindakan Kelas, dari negeri asal yang berbahasa Inggris dengan istilah Classroom Action Research, disingkat CAR. Penelitian tersebut muncul karena adanya kesadaran pelaku kegiatan yang merasa tidak puas dengan hasil kerjanya. Dengan didasari atas kesadaran sendiri, pelaku yang bersangkutan mencoba menyempurnakan pekerjaannya, dengan cara melakukan percobaan yang dilakukan berulang-ulang, prosesnya diamati dengan sungguh-sungguh sampai mendapatkan proses yang dirasakan memberikan hasil yang lebih baik dari semula.
            Ketika model penelitian tindakan kelas ini mulai diperkenalkan, banyak ilmuwan yang tidak setuju, dan beranggapan bahwa penelitian tindakan ini kurang ilmiah, karena dilakukan dengan coba-coba. Namun setelah diketahui hasilnya bermanfaat, dan memang dilakukan secara sistematis dan menggunakan langkah-langkah yang benar, maka semakin pesatlah perkembangannya.
            Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan guru-siswa di sekolah. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya sebagai peneliti, sebagai agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.
Menurut pengertiannya penelitian tindakan kelas adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasil-nya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan kelas adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.    


B. Artikulasi Penelitian Tindakan Kelas
            Namanya adalah Penelitian Tindakan Kelas, terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut:
Penelitian – kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang berman-faat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
   Tindakan – sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
   Kelas – adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama meneri-ma pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk melum-puhkan pengertian yang salah dan difahami secara luas oleh umum dengan ”ruangan tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian tindakan kelas sebenarnya tidak sulit, karena guru tinggal melakukan dengan sengaja dan diamati hasilnya secara seksama. Kadang-kadang hambatan yang muncul terletak pada bagaimana  mencari judul ketika akan memulai kegiatannya, padahal permasalahan guru sebenarnya begitu banyak. Jika guru menyadari kelemahan hasil dari pekerjaannya, maka sebenarnya itulah hal yang sudah tepat dijadikan judul.

C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah (1) meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK); (2)  membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas; (3)  meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan, (4) menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable); (5) meningkatkan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan khususnya di sekolah dalam melakukan PTK; dan (6) meningkatkan kerjasama profesional di antara pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah.(Depdiknas, 2004).

D. Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas
Bidang kajian Penelitian Tindakan Kelas antara lain mencakup masalah-masalah sebagai berikut: (1) masalah belajar siswa di sekolah (termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi); (2) desain dan strategi pembelajaran di kelas (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa); (3) alat bantu, media dan sumber belajar (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat); (4) sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi); (5) pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya (termasuk dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik-peserta didik dan orangtua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik); dan (6) masalah kurikulum (termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi KBK, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar).

D. Luaran Penelitian Tindakan Kelas
Luaran umum yang diharapkan dihasilkan dari PTK adalah sebuah peningkatan atau perbaikan (improvement and theraphy), antara lain sebagai berikut: (1) peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah; (2) peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas; (3) peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya; (4) peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa; (5) peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak di sekolah; dan (6) peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.

E. Kolaborasi dalam Penelitian Tindakan Kelas
1. Permasalahan penelitian tindakan kelas harus digali atau didiagnosis secara kolaboratif dan sistematis oleh dosen dan guru dari masalah yang nyata dihadapi guru dan/atau siswa di sekolah. Masalah penelitian bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dari hasil penelitian terdahulu, tetapi masalah lebih ditekankan pada permasalahan aktual pembelajaran di kelas.
2. Penelitian ini bersifat kolaboratif, dalam pengertian usulan harus secara jelas menggambarkan peranan dan intensitas masing-masing anggota pada setiap kegiatan penelitian yang dilakukan, yaitu: pada saat mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan penelitian (melaksanakan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.
3. Dalam PTK, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggungjawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.

F. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Ciri terpenting dari penelitian tindakan adalah bahwa penelitian tersebut merupakan suatu upaya untuk memecahkan masalah, sekaligus mencari dukungan ilmiahnya.(Arikunto, 2006).
Dari ciri tersebut maka penelitian tindakan dapat dilakukan dengan tujuan, setting dan lokasinya yang sekaligus tentang namanya antara lain:
1.      Penelitian tindakan partisipatori (participatory action research) yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan menekankan keterlibatan masyarakat agar merasa ikut serta memiliki program kegiatan tersebut serta berniat ikut aktif memecahkan masalah berbasis masyarakat.
2.      Penelitian tindakan kritis (critical action research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan menekankan adanya niat yang tinggi untuk bertindak memecahkan masalah dan menyempurnakan situasi.
3.      Penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran.
4.      Penelitian tindakan institusi (institutional action reserach), yaitu dilakukan oleh pihak pengelola sekolah sebagai sebuah organisasi pendidikan untuk meningkatkan kinerja, proses, dan produktivitas lembaga.

G. Penetapan Fokus Masalah Penelitian
1. Merasakan adanya masalah
Pertanyaan yang mungkin timbul bagi pemula PTK adalah: bagaimana memulai Penelitian Tindakan Kelas? Untuk dapat menjawab pertanyaan ter-sebut, pertama-tama yang harus dimiliki guru adalah perasaan ketidakpuasan terhadap praktik pembelajaran yang selama ini dilakukannya. Manakala guru merasa puas terhadap apa yang ia lakukan dalam proses pembelajaran di kelasnya, meskipun sebenarnya terdapat banyak hambatan yang dialami dalam pengelolaan proses pembelajaran, sulit kiranya bagi guru untuk memunculkan pertanyaan seperti di atas, yang kemudian dapat memi-cu untuk dimulainya sebuah PTK (Suyanto, 1997).
Oleh sebab itu, agar guru dapat menerapkan PTK dalam upayanya untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih profesional, ia dituntut keberaniannya untuk mengatakan secara jujur khususnya kepada dirinya sendiri mengenai sisi-sisi lemah yang masih terdapat dalam implementasi program pembelajaran yang dikelolanya. Dengan kata lain guru harus mampu merefleksi, merenung, serta berpikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses perenungan itu terbuka peluang bagi guru untuk menemukan kelemahan-kelemahan praktik pembelajaran yang selama ini selalu dilakukannya secara tanpa disadari. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan secara maksimal potensi PTK bagi perbaikan proses pembelajaran, guru perlu memulainya sedini mungkin begitu ia merasakan adanya persoalan-persoalan dalam proses pembelajaran.
Dengan kata lain, permasalahan yang diangkat dalam PTK harus be-nar-benar merupakan masalah-masalah yang dihayati oleh guru dalam prak-tik pembelajaran yang dikelolanya, bukan permasalahan yang disarankan, apalagi ditentukan, oleh pihak luar termasuk oleh guru yang menjadi mitra-nya. Permasalahan tersebut dapat berangkat (bersumber) dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran dan hasil belajar siswa.

2. Identifikasi Masalah PTK   
Sebagaimana telah dikemukakan, penerapan arah PTK berangkat dari diagnosis terhadap keadaan yang bersifat umum. Guru juga bisa memicu proses penemuan permasalahan tersebut dengan keadaan bertolak dari ga-gasan-gagasan yang masih bersifat umum mengenai keadaan yang perlu di-perbaiki, Menurut Hopkins (1993), untuk mendorong pikiran-pikiran dalam mengembangkan fokus PTK, kita bisa bertanya kepada diri sendiri, misalnya:
-       Apa yang sedang terjadi sekarang ?
-       Apakah yang terjadi itu mengandung permasalahan ?
-       Apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya ?
Apabila pertanyaan tersebut telah ada di dalam pikiran guru sebagai aktor PTK, maka langkah dapat dilanjutkan dengan mengembangkan bebera-pa pertanyaan seperti di bawah ini:
-       Saya berkeinginan memperbaiki .................
-       Berapa orangkah yang merasa kurang puas tentang ...............
-       Saya dibingungkan oleh ................
-       Saya memilih untuk mengujicobakan di kelas saya gagasan tentang....
-       Dan seterusnya.
Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami guru di kelas. Dengan berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK.
 Jika mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi permasalahan, guru dapat meminta bantuan pada rekan sesama guru, berdiskusi dengan mitra-nya dan/atau melacak sumber-sumber kepustakaan yang relevan. Namun para kolega itu perlu memaklumi bahwa ada kemungkinan juga guru yang bersangkutan akan lebih terfokus pada kesulitannya daripada kepada tujuan dan perubahan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Apabila menghadapi hal seperti ini guru perlu diajak mendalami lebih jauh permasalahan yang dihadapi. Mitra harus siap menjadi pendengar yang baik dan terbuka agar semua permasalahan yang dihadapi guru di dalam tu-gasnya dapat diidentifikasi. Sebaliknya, mitra itu harus berupaya keras, agar ia tidak terperosok dan menempatkan diri sebagai pembina dan pengarah, sebab ia juga ada posisi membutuhkan kesempatan belajar baik dalam me-mahirkan diri dalam PTK maupun dalam mengakrabi lapangan.

3. Analisis Masalah
Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui proses identifikasi ini, maka peneliti-guru kelas sendirian atau dengan bermitra dengan guru yang lain-melakukan analisis terhadap masalah-masalah tersebut untuk me-nentukan urgensi pengatasan. Dalam hubungan ini, akan tertemukan perma-salahan yang sangat mendesak untuk diatasi seperti misalnya penguasaan operasi matematik, atau yang dapat ditunda pengatasannya tanpa kerugian yang besar, seperti misalnya kemampuan membaca peta buta. Bahkan me-mang ada permasalahan yang tidak dapat diatasi dengan PTK, seperti misal-nya kesalahan-kesalahan faktual dan/atau konseptual yang terdapat dalam buku paket. Menurut Abimanyu (1995) arahan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan permasalahan untuk PTK adalah sebagai berikut :
1)      Pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya, atau topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang diprogramkan oleh sekolah.
2)      Jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan dan/atau kekuasaan guru untuk mengatasinya.
3)      Pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan ter-batas (managable).   
4)      Usahakan untuk bekerja secara kolaboratif dalam pengembangan fokus penelitian.
5)      Kaitkan PTK yang akan dilakukan dengan prioritas-prioritas yang dite-tapkan dalam rencangan pengembangan sekolah.

d. Perumusan Masalah
Setelah menetapkan fokus permasalahan serta menganalisisnya men-jadi bagian-bagian yang lebih kecil, maka selanjutnya guru perlu merumus-kan permasalahan secara lebih jelas, spesifik dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi guru untuk menetapkan tin-dakan perbaikan (alternatif solusi) yang perlu dilakukannya, jenis data yang dikumpulkan termasuk prosedur perekamannya serta cara menginterpretasi-kannya, khususnya yang perlu dilakukan sementara tindakan perbaikan dilak-sanakan dan data mengenai proses dan/atau hasilnya itu direkam.




H. Perencanaan Tindakan
1. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, sebagai peneliti guru dapat melakukan :
  1. Kajian teoritik di bidang pembelajaran pendidikan.
  2. Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan.
  3. Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan se-bagainya.
  4. Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang dituang-kan dalam bentuk program, dan
  5. Merefleksikan pengalamannya sendiri sebagai guru.

2. Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan
Menurut Soedarsono (1997) beberapa hal yang perlu diperhatikan da-lam mengkaji kelaikan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut:
  1. Implementasi suatu PTK akan berhasil, hanya apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang merupakan aktornya, Di pihak lain, sebagaimna telah dikemukakan, untuk pelaksanaan PTK kadang-kadang memang masih diperlukan peningkatan kemampuan guru me-lalui berbagai bentuk pelatihan sebagai komponen penunjang. Selan-jutnya, selain persyaratan kemampuan, keberhasilan pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh adanya komitmen guru ang merasa tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata lain, PTK dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau didorong oleh keinginan untuk memperoleh imbalan finansial.
  2. Kemampuan siswa juga perlu dipehitungkan baik dari segi fisik, psiko-logis, dan sosial budaya maupun etik. Dengan kata lain, PTK seyogya-nya tidak dilaksanakan apabila diduga akan berdampak merugikan sis-wa.
  3. Fasilitas dan sarana pendukung yang tersedia di kelas atau sekolah juga perlu diperhitungkan, sebab pelaksanaan PTK dengan mudah da-pat dihambat oleh kekurangan dukungan fasilitas penyelenggaraan. Oleh karena itu, demi keberhasilan PTK, maka guru dan mitranya di-tuntut untuk dapat mengusahakan fasilitas dan sarana yang diperlukan.
  4. Selain kemampuan siswa sebagai perorangan, keberhasilan PTK juga sangat tergantung pada iklim belajar di kelas atau sekolah. Dengan kata lain, perbaikan iklim belajar di kelas dan di sekolah memang harus dapat dijadikan sebagai salah satu sasaran PTK.
  5. Selain iklim sekolah, iklim kerja sekolah juga menentukan keberhasilan penyelenggaraan PTK. Dengan kata lain, dukungan dari kepala seko-lah serta rekan sejawat guru dapat memperbesar peluang keberhasilan PTK.
3. Persiapan Tindakan 
Langkah-langkah persiapan yang perlu dilakukan adalah:
  1. Membuat skrenario pembelajaran.
  2. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan, seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga.
  3. Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan.
  4. Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan, sehingga dapat menumbuhkan serta mempertebal kepercayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya. Sebagai aktor PTK, guru harus terbebas dari rasa takut gagal dan takut berbuat kesalahan.

I. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi
1. Pelaksanaan Tindakan
Jika semua persiapan telah rampung, maka skenario tindakan perbaik-an yang telah direncanakan dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan tindakan pokok dalam siklus PTK, dan sebagaimana telah disyaratkan, pada saat yang bersamaan kegiat-an pelaksanaan ini juga dibarengi dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.



2. Observasi dan interpretasi
Secara umum, observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan tersebut berlangsung, dengan atau tanpa alat bantu. Yang penting dicatat pada kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil observasi.

3. Diskusi balikan (review discussion)
Diskusi balikan menjanjikan kemanfaatan yang optimal apabila:
  1. Diberikan tidaklebih dari 24 jam setelah observasi.
  2. Digelar dalam suasana yang mutually supportive dan non-threatening.
  3. Bertolak dari rekaman data yang dibuat oleh pengamat.
  4. Diinterpretasikan secara bersama-sama oleh aktor tindakan perbaikan dan pengamat dengan kerangka pikir tindakan perbaikan yang telah digelar, dan
  5. Penambahan mengacu kepada penetapan sasaran serta pengem-bangan strategi perbaikan untuk menentukan perencanaan berikutnya.

4. Analisis dan Refleksi
Untuk dapat melakukan secara efekif pengambilan keputusan sebe-lum, sementara dan setelah sesuatu program pembelajaran diaksanakan, guru dan terlebih-lebih ketika juga berperan sebagai pelaksana PTK, melaku-kan refleksi dalam arti merenungkan secara intens apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, mengapa segala sesuatu terjadi dan tidak terjadi, serta menjaja-gi alternatif-alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki.
Secara teknis, refleksi dilakukan dengan melakukan analisis dan sinte-sis, di samping induksi dan deduksi. Suatu proses analitik terjadi apabila obyek kajian diuraikan menjadi bagian-bagian, serta dicermati unsur-unsurnya. Sedangkan suatu proses sintetik terjadi apabila berbagai unsur obyek kajian yang telah diurai tersebut dapat ditentukan kesamaan esensinya secara konseptual, sehingga dapat ditampilkan sebagai suatu kesatuan.


a. Analisis Data
Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi tabular termasuk format matriks, representasi grafis, dan sebagainya. Se-dangkan penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan/atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas.
b. Refleksi
Refleksi dalam PTK adaah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan/ atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil ditun-taskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi digu-nakan untuk menetapkan langkah atau langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Dengan kata lain, refleksi merupakan pengkaji-an terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementa-ra, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian berbagai tujuan semen-tara lainnya.
Apabila dicermati, dalam proses refleksi tersebut dapat ditemukan komponen-komponen sebagai berikut:
ANALSIS     PEMAKNAAN     PENJELASAN    PENYUSUNAN KESIMPULAN    IDENTIFIKASI  TINDAK LANJUT
Yang kesemuanya itu dilakukan dalam kerangka pikir tindakan perbaikan yang ditetapkan sebelumnya.

5. Perencanaan Tindak Lanjut
Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang te-lah dilaksanakan telah dapat mengatasi masalah yang memicu penyelengga-raan PTK atau belum. Jika hasilnya belum memuaskan atau masalahnya be-lum terselesaikan, maka dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan mem-perbaiki tindakan perbaikan sebelumnya.
Dengan kata lain, jika masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya, maka PTK harus dilanjutkan pada siklus ke-2 dengan prosedur yang sama seperti pada siklus ke-1 (perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis-refleksi). Jika pada siklus ke-2 ini permasalahan sudah terselesaikan (memuaskan), maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus ke-3. Namun jika pada siklus ke-2 masalahnya belum terselesaikan, maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke-3, dan seterusnya.     

J. Pentahapan PTK
Pada prinsipnya, penerapan PTK atau CAR (Classroom Action Research) dimaksudkan untuk mengatasi berbagai masalah yang terdapat di dalam kelas. Oleh karena itu, terdapat beberapa model atau desain yang dapat diterapkan melalui pentahapan PTK. Salah satunya pentahapan tersebut adalah sebagaimana pentahapan PTK yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart. Secara keseluruhan, keempat tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini membentuk suatu siklus (daur) PTK yang digambarkan sebagaimana diagram pada gambar 1 pada halaman berikut ini
















 































Gambar 1:  Diagram Alir Rancangan Penelitian, diadaptasi dari
                    Kemmis & Taggart (1988)

K. Simpulan dan Rekomendasi
PTK yang dilaksanakan secara kolaboratif bertujuan untuk meningkat-kan kinerja guru serta hasil belajar siswa. Dengan kata lain, PTK bertujuan bukan hanya berusaha mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi, seperti misalnya kesulitan siswa dalam memahami pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan solusi berupa tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut.
Uraian singkat di atas, diharapkan akan dapat memberikan gambaran mengenai hal-hal terkait dengan PTK, yaitu (1) mengidentifikasi permasalah-an dalam PTK, (2) menganalisis tindakan perbaikan berdasarkan contoh ru-musan masalah yang diajukan, (3) merencanakan tindakan perbaikan berdasarkan contoh rumusan masalah yang diajukan, (4) memahami tahap pelaksanaan tindakan dan cara observasi-interpretasi yang dilakukan semen-tara PTK berlangsung, (5) memahami cara menganalisis data hasil observasi serta melakukan refleksi berkenaan dengan tindakan perbaikan yang dilaksa-nakan, dan (6) memahami cara merencanakan tindak lanjut siklus dalam PTK.
            Langkah awal dari pengembangan materi PTK ini adalah diharapkan ada bekal untuk menyusun suatu usulan/proposal PTK. Ada beberapa model penyusunan proposal PTK. Salah satunya adalah sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 1 makalah ini. Tentu saja agar proposal ini dapat dilanjutkan dengan pelaksanaan di lapangan (kelas), maka perlu pembimbingan secara intensif sampai dengan penyusunan laporan PTK.
            Disarankan kepada peserta pelatihan untuk terus mencoba memprak-tekkan membuat PTK secara berkelanjutan. Untuk menambah pengetahuan tentang PTK sebaiknya tidak jemu untuk terus belajar melalui bahan rujukan PTK yang relevan sebagaimana dipaparkan dalam daftar rujukan terlampir. Wasana kata, selamat ber-PTK-ria. Dan semoga dengan tambahan wawasan ini semakin dapat meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan.

DAFTAR RUJUKAN

Abimanyu, S. 1998. Penyusunan Proposal PTK. Makalah dalam PCP PTK Proyek PGSM tanggal 18-22 Oktober 1998.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S., Suhardjono & Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah (Secondary School Teacher Development Project),  Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Untuk Tahun Anggaran 2005. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Peningkatan Pembelajaran di LPTK (Research for the Umprovement of Instruction) Untuk Tahun Anggaran 2005. Jakarta: Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Soedarsono, FX. 1997. Rencana. Desain dan Implementasi Dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: BP3SD, Dirjen Dikti, Depdikbud.

Susilo, H., Chotimah, H. & Sari, Y.D. 2008. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia Publishing.  

Suyanto. 1996/1997. Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: BP3SD, Dirjen Dikti, Depdikbud.

Wiriatmadja, R. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.



















Lampiran 1:

PENYUSUNAN PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
(Classroom Action Research)

1. Judul
Judul PTK hendaknya menyatakan dengan akurat dan padat permasa-lahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecah-an masalah. Formulasi judul henaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK, bukan sosok penelitian formal.

2. Latar Belakang Masalah
Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkan fakta-fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil peneliti-an-penelitian terdahulu, apabila ada, juga akan lebih mengokohkan argumen-tasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK berbeda dari peneliti-an formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.

3. Permasalahan
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melaui PTK ini dijabar-kan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar-benar di-angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu di-selesaikan melalui PTK. Sebaliknya, permasalahan yang dimaksud seyogya-nya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan re-fleksi awal sehingga menjadi lebih jelas. Dengan kata lain, bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus harus secara konsisten tertampilkan. 

4. Cara Pemecahan Masalah
Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis masalah. Di samping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan ke-manfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau berbagai program sekolah lainnya. Juga harus dicermati bahwa artikulasi ke-manfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya. Juga harus dicermati bahwa artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian formal.



5. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas. Paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakikat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian sebe-lumnya. Dengan sendirinya, artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal.
Disampng tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntung-an-keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris lang-sung (direct beneficiaries) hasil PTK, disamping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan-rekan guru sebagai pendidik. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu, teknologi dan seni tidak me-rupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.

6. Kerangka Teoritik dan Hipotesis Tindakan
Pada bagian ini diuraikan landasan substantif-dalam arti teoritik dan/atau metodologik-yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif tindakan yang akan di-implementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian terhadap baik pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri yang relevan maupun pelaku-pelaku PTK lain di samping terhadap teori-teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi lo-gik dan teoritik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Atas dasar kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.

7. Rencana Penelitian 
a. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposi-si siswa pria wanita, latar belakang sosial-ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan dan lain sebagainya.

b. Variabel yang Diselidiki 
Pada bagian ini ditentukan variabel/variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik-titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi.  Vari-abel tersebut dapat berupa: (1) variabel input yang terkait dengan siswa, gu-ru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya, (2) variabel proses penyelenggaraan KBM seperti inter-aksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagai-nya, dan (3) variabel output  seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap siswa terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan, dan sebagainya. 

c. Rencana Tindakan 
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran, seperti:
1)      Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior, pelancaran tes diag-nostik utnuk menspesifikasi masalah, pembuatan skenario pembelajaran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.
2)      Implementasi Tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan digelar skena-rio kerja tindakan perbaikan.
3)      Observasi dan Interpretasi, yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang.
4)      Analisis dan Refleksi, yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan, serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.

d. Data dan cara pengumpulan
Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas data yang akan dikumpulkan yang berkenan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang digelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
Di samping itu teknik pengumpulan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan jurnal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan/atau alat bantu rekam yang akan digunakan), penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen, dan sebagainya. Selanjutnya, dalam prosedur pengumpuan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, para guru juga harus aktif sebagai pengumpul data, bukan semata-mata se-bagai sumber data.
Akhirnya, semua teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab, meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik, penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.

e. Indikator Kinerja   
Pada bagian ini, tolok ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya. Untuk tindakan perbaik-an melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya, perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah, je-nis dan/atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.

f. Tim peneliti dan tugasnya
   (apabila ada).

8. Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam maktriks yang menggambar-kan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.

9. Rencana Anggaran
    (apabila ada).

10.Daftar Pustaka
Daftar pustaka disusun menurut abjad pengarang. Hendaknya pustaka yang ditulis benar-benar relevan dan sungguh-sungguh dipergunakan dalam penelitian.

11.Lampiran
Hal-hal lain yang dapat memperjelas karakteristik kancah PTK yang di-usulkan, juga dapat disertakan dalam usulan penelitian ini. 















1 komentar:

  1. Hard Rock Hotel and Casino Pittsburgh - DRMCD
    A large-scale casino renovation is coming to 제천 출장안마 Hard Rock Hotel 순천 출장안마 and 진주 출장안마 Casino Pittsburgh in Pittsburgh, including a new 1,200-room 안성 출장샵 hotel tower 하남 출장마사지

    BalasHapus

REFORMASI PENDIDIKAN: UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

REFORMASI PENDIDIKAN: Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Hari Karyono*) Memperhatikan potret pendidikan nasional saat ini. Da...