MEMILIH MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN
YANG KREATIF DAN
PROFESIONALISME*)
Hari Karyono
|
Kata-kata kunci: memilih model pembelajaran kreatif, profesionalisme
A. Pendahuluan
Keberhasilan
proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan gu-ru mengembangkan
model-model pembelajaran yang beroientasi pada pe-ningkatan intensitas
keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembe-lajaran. Pengembangan
model pembelajaran yang tepat pada dasarnya ber-tujuan untuk menciptakan
kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan
menyenangkan, sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang
optimal.(Aunurrahman, 2009).
--------------------
*) Dr. Hari
Karyono, M.Pd, dosen tetap pada Program Studi Teknologi Pembelajaran,
Progam Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dan dosen luar
biasa pada Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana,
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
*) Dr. Hari
Karyono, M.Pd, dosen tetap pada Program Studi Teknologi Pembelajaran,
Progam Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dan dosen luar
biasa pada Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana,
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
|
Untuk dapat
mengembangkan model pembelajaran yang efektif, maka setiap guru harus memiliki
pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara
pengimplementasian model-model tersebut dalam pro-ses pembelajaran. Model
pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan de-ngan tingkat pemahaman guru
terhadap perkembangan dan kondisi siswa-siswa di kelas. Demikian juga
pentingnya pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah yang tersedia,
kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dengan pembelajaran. Tanpa
pemahaman terhadap berbagai kondisi ini, model yang dikembangkan guru cenderung
tidak dapat mening-katkan peran serta siswa secara optimal dalam pembelajaran,
dan pada akhirnya tidak dapat memberi sumbanan yang besar terhadap pencapaian
hasil belajar siswa.
Upaya
meningkatkan mutu pembelajaran pada khususnya, diperlukan perubahan pola pikir
yang digunakan sebagai landasan dalam pembelajaran. Degeng (2001) mengemukakan
bahwa reformasi pendidikan harus dimulai dari bagaimana siswa belajar dan
bagaimana guru mengajar, bukan semata-mata pada hasil belajar, tujuan yang
penting dari pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan mental yang
memungkinkan seseorang dapat belajar.(http://gurupkn3smp.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-kelompok,
diakses tanggal 8 Oktober 2009).
Salah
satu temuan penelitian Rofi’uddin (2009) menyatakan bahwa ke-mampuan berpikir
dapat diajarkan dan dipercepat penguasaannya melalui model pendidikan berpikir
terpadu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahu-an, teknologi dan seni memberikan
dampak terhadap pemutakhiran teknologi pembelajaran. Secanggih apapun teknologi
pembelajaran, kehadiran guru di kelas mempunyai kontribusi yang sangat besar
untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, seorang guru harus
dapat secara tepat memi-lih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
siswa dan muatan materi yang akan disampaikan. Guru yang profesional dapat
menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi peserta didik.
Agar
interaksi belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien, maka perlu
digunakan model pembelajaran yang tepat. Ketepatan yang di-maksud tergantung
pada tujuan pembelajaran, pesan (isi) pembelajaran, dan karakteristik siswa
yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Secara singkat kriteria penggunaan
suatu model pembelajaran harus mengguakan tiga sudut tinjauan, yaitu: tinjauan
psikologis, teknologis, dan empirik.
Belajar
merupakan suatu bagian dari sisi kehidupan manusia. Proses belajar melibatkan
siapa yang diajar dan siapa pengajarnya, sedangkan apa yang kita harapkan
adalah memperoleh sesuatu yang baru dan menarik. Se-suatu yang baru, orisinil
dan unik dapat merupakan hasil kreatifitas. Oleh ka-rena itu dibutuhkan proses
pembelajaran yang kreatif.
B. Guru yang Profesional
Seorang guru yang profesional dituntut untuk memiliki
lima hal: (1) mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya, (2)
menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara
mengajarnya, (3) bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui
berbagai cara evaluasi, (4) mampu berfikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, (5) seyogyanya merupakan bagian
dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya (Supriadi 1998).
Disisi lain, guru
mempunyai peranan sebagai pusat dari kegiatan belajar mengajar dan merupakan
faktor utama dalam proses belajar-mengajar, seperti dikemukakan oleh Caillods
(2004:1)
“Teachers are at the heart of
the teaching/learning. After many years of debate on the relative effect of
schools and teachers on learning achievement, as compared to other
socio-economic variables, it is now widely acknowledged that schools and,
within schools, teachers can make a great difference on student achievement”.
Pendapat di atas menegaskan bahwa guru adalah jantung dari peng-ajaran
atau kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, agar guru dapat ber-peran
secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Agar dapat berperan
secara maksimal dalam suatu kegiatan belajar mengajar, diperlu-kan sejumlah
kompetensi. Menurut Syah (2004) ada sepuluh kompetensi dasar yang harus
dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu: (1)
menguasai bahan, (2) mengelola program belajar meng-ajar, (3) mengelola kelas,
(4) menggunakan media atau sumber belajar, (5) menguasai landasan-landasan
kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi
siswa untuk pendidikan dan pengajaran, (8) mengenal fungsi dan program pelayanan
bimbingan dan penyuluhan, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah, dan (10) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil
pendidikan guna keperluan penga-jaran.
Guru sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan, di samping
memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus menge-tahui
dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis
ini, terutama kegiatan mengelola interaksi belajar-mengajar. Di dalam kegiatan mengelola
interaksi belajar mengajar, guru paling tidak harus memi-liki modal dasar,
yaitu kemampuan mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikan program
itu kepada peserta didik. Dua modal dasar ini merupakan sebagian dari
kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru yang sering diperankan
dalam kegiatan belajar mengajar.
Di samping itu, dari berbagai pendapat para pakar di bidang pendidik-an
peranan guru dapat disingkat sebagai: (1) informator, (2) organisator, (3)
motivator, (4) pengarah/direktor, (5) inisiator, (6) transmitter, (7) mediator,
dan (8) evaluator (Sardiman, 2007).
C. Metode Pembelajaran
Variabel
metode pembelajaran atau model pembelajaran diklasifikasi menjadi 3 jenis,
yaitu: (1) strategi pengorganisasian (organizational
strategy), (2) strategi penyampaian (delivery
strategy), dan (3) strategi pengelolaan (management
strategy).
Strategi
pengorganisasian adalah metode untuk mengorganisasi isi mata pelajaran yang
telah dipilih untuk pemebelajaran. “Mengorganisasi” mengacu pada suatu tindakan
seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lainnya
yang setingkat dengan itu.
Strategi
penyampaian adalah metode untuk menyampaikan pembela-jaran kepada peserta didik
dan/atau untuk menerima serta merespon masuk-an yang berasal dari peserta
didik.
Strategi
pengelolaan adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dan
variabel metode pembelajaran lainnya-variabel strategi pengorganisian dan
penyampaian isi pembelajaran.
D. Kreatif dan PAIKEM
Kata “kreatif”
dalam pembelajaran, merupakan salah satu kata dari PAKEM. PAKEM adalah
singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Aktif
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa, sehingga siswa aktif ber-tanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Belajar memang me-rupakan suatu proses aktif dari di
pembelajar dalam membangun pengetahu-annya, bukan proses pasif yang hanya
menerim kucuran ceramah guru ten-tang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran
tersebut bertentangan de-ngan hakikat belajar.
Peran aktif dari
siswa sangat penting dalam rangka pembentukan ge-nerasi yang kreatif, yang
mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif
juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegi-atan belajar yang beragam, sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampu-an siswa. Menyenangkan adalah suasana
belajar-mengajar yang menye-nangkan, sehingga siswa memusatkan perhatiannya
secara penuh pada be-lajar, sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi. Menurut hasil
penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil bela-jar.
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajar-an tidak efektif,
yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa sete-lah proses
pembeljaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan
pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan
tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tidak ubahnya seperti bermain
saja.
Secara garis
besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
-
Siswa
terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan
mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
-
Guru
menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam mem-bangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan co-cok bagi siswa.
-
Guru
mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik
dan menyediakan ‘pojok baca’.
-
Guru
menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, terma-suk cara
belajar kelompok.
-
Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecah-an satu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan sis-wa
dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.(http://sekolahku.info/artikel/
mengenal-metode-pembelajaran-pakem, diakses tanggal 9 Oktober 2009).
Dalam
perkembangannya, PAKEM ini disempurnakan menjadi PAIKEM yaitu pembelajaran
aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenang-kan).
E.
Pertimbangan Guru Memilih dan Menentukan Model Pembelajaran
Sebelum
memilih model pembelajaran yang akan digunakan oleh guru dalam pembelajaran di
kelas, pertama-tama seorang guru harus mengenal terlebih dahulu jenis-jenis
model pembelajaran. Baru kemudian dapat memi-lih model pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran serta ka-rakteristik siswa. Secara lebih khusus banyak
para pakar pendidikan yang memberikan rambu-rambu beberapa pertimbangan dan
cara memilih model pembelajaran. Seperti uraian singkat berikut ini.
Lieach
& Scott (dalam Aunurrahman, 2009) mengingatkan beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih dan menentukan model pem-belajaran. Pertimbangan
ini diarahkan kepada orientansi penekanan pada outcome, proces atau content.
Beberapa pertimbangan tersebut antara lain:
1.
Bilamana guru memutuskan untuk mengarahkan proses pembelajaran pa-da outcome, maka guru harus merumuskan
beberapa pertanyaan untuk dirinya sendiri tentang:
a.
Apa yang saya harapkan dari siswa-siswa pada akhir pembelajaran.
b. Jenis pengetahuan dan dorongan
seperti apa yang saya harapkan da-pat dimiliki oleh siswa.
c.
Jenis keterampilan seperti apa yang saya harapkan dapat
didemons-trasikan oleh para siswa.
d.
Sikap dan nilai-nilai apa yang seharusnya dimiliki oleh siswa.
e.
Mengapa saya mengharuskan siswa-siswa mempelajari hal itu.
f.
Pengetahuan, sikap dan keterampilan apa yang seharusnya penting dimiliki
siswa yang harus saya ajarkan.
g.
Bagaimana cara saya mengetahui bahwa siswa dapat mengembang-kan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang saya harapkan.
2.
Bilamana guru memutuskan untuk menitikberatkan pada content pembela-jaran, maka guru harus merumuskan beberapa
pertanyaan untuk dirinya sendiri tentang:
a. Apa yang materi esensial yang harus
dimengerti oleh siswa untuk mendukung hasil belajar yang saya harapkan.
b.
Apa yang menjadi sumber-sumber belajar yang dapat dipergunakan untuk
mendukung materi pembelajaran.
c.
Kemampuan berpikir siswa seperti apa yang perlu dinilai dan bagai-mana
cara saya melakukan penilaiannya. Mengapa hal itu penting un-tuk dilakukan.
d.
Kekeliruan pemahaman dan miskonsepsi seperti apa yang umumnya terjadi
dalam penyampaian materi yang dilakukan.
e. Bagaimana saya dapat meminimalisasi
atau mengurangi kekeliruan pemahaman dan miskonsepsi pada siswa.
3.
Bilamana guru memutuskan untuk menitikberatkan pada proses
pembela-jaran, maka guru harus merumuskan beberapa pertanyaan untuk dirinya
sendiri tentang:
a. Bagaimana strategi yang harus dilakukan agar
para siswa dapat lebih mudah memahami melalui pembelajaran yang dilakukan.
b. Bagaimana siswa dapat mengembangkan
keterampilan-keterampilan-nya.
c.
Bagaimana siswa dapat mengembangkan sikap dan nilai.
d.
Bagaimana struktur pengorganisasian kelas yang harus dikembang-kan untuk
mendukung terjadinya proses pembelajaran yang efektif.
e.
Apa saja jenis atau bentuk strategi pembelajaran yang menjadi pene-kanan
jika dikaitkan dengan jenis sikap, keterampilan dan pengetahu-an yang
dikembangkan melalui proses pembelajaran yang dilakukan.
f.
Bagaimana merancang dan mengorganisasi materi pelajaran agar sis-wa
mudah mempelajarinya.
g.
Apakah siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
di-perlukan untuk mendukung strategi pembelajaran yang dikembang-kan.
h.
Seberapa banyak waktu, ruang dan sumber-sumber belajar yang dimi-liki,
sehingga dapat mendukung strategi pembelajaran yang dipergu-nakan.
i.
Apakah strategi pemotivasian dapat dipergunakan untuk memperce-pat
tumbuhnya rasa percaya diri para siswa.
j.
Bagaimana cara mengetahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan telah
dapat dilaksanakan secara optimal seperti yang direncanakan.
Pada
prinsipnya, tidak ada satupun model pembelajaran yang dipan-dang sempurna dan
cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap mata pelajaran.Oleh
karena setiap metode pembelajaran pasti memi-liki kelebihan dan kelemahannya
masing-masing. Oleh karena itu, guru tidak boleh sembarangan memilih serta
menggunakan model pembelajaran. Ada
faktor-faktor yang dijadikan bahan pertimbangan pemilihan suatu model
pem-belajaran.
Beberapa
faktor lainnya yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan model pembelajaran antara
lain: (1) tujuan yang hendak dicapai, (2) materi pelajaran, (3) peserta didik,
(4) situasi, (5) fasilitas, dan (6) guru.
Menjadi
guru kreatif, profesional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan
mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Hal ini
penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara guru melakukan sua-tu
kegiatan pembelajaran mungkin memerlukan pendekatan dan metode yang berbea
dengan pembelajaran lainnya.
Sementara
itu, menurut Mulyasa (2005) ada lima pendekatan pembe-lajaran yang perlu
dipahami guru untuk dapat mengajar dengan baik, yaitu pendekatan kompetensi,
pendekatan keterampilan proses, pendekatan ling-kungan, pendekatan kontekstual,
dan pendekatan tematik.
F.
Strategi Pengajaran Kreatif
Horng,
dkk. (2005) mengemukakan berbagai strategi pengajaran krea-tif yang telah
terbukti berhasil meningkatkan kreatifitas para siswa. Strategi-strategi
tersebut sebaiknya diterapkan sebagai aktivitas yang terintegrasi.
Strategi pertama, adalah pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student-centered
learning). Guru menurut strategi ini berperan sebagai fasi-litator yang
mendorong para siswa untuk melakukan refleksi diri, diskusi ke-lomok, bermain
peran, melakukan presentasi secara dramatikal, dan berba-gai aktivitas kelompok
lainnya. Guru juga berperan sebagai teman belajar, inspirator, navigator, dan
orang yang berbagi pengalaman. Para siswa
diberi kebebasan untuk memilih perspektif yang akan mereka gunakan untuk
mem-pelajari suatu topik. Berbagai metode tersebut akan membuat para siswa
ber-ubah dari pendengar pasif menjadi observer, mampu menunjukkan
kemam-puannya, dan co-leaner. Guru
hendaknya juga memberikan kesempatan ke-pada para siswa untuk memilih topik dalam
berbagai tugas proyek atau ke-lompok. Melalui metode ini, kreatifitas
ditimbulkan untuk mengeksplorasi ber-bagai ide yang dipandang menarik oleh
siswa. Collinds & Amabile (dalam Horng, dkk., 2005) menyatakan bahwa
motivasi instrinsik dan kreatifitas se-seorang sisa dapat ditingkatkan jika
guru mampu mendorong para siswa un-tuk mendiskusikan proses pembelajaran mereka
yang secara intrinsik menye-nangkan dan menggairahkan.
Strategi kedua, adalah pengguaan berbagai
peralatan bantu dalam pengajaran (multi-teaching
aids assistance). Guru yang kreatif dan banyak akal menggunakan berbagai
peralatan dalam mengajar, seperti penghancur kertas, kotak mainan, palu, naskah
tulisan para sisa, power-point, komputer,
dan peralatan multimedia untuk menggairahkan para siswa dalam berfikir,
memperluas sudut pandangnya, dan memicu diskusi yang lebih mendalam. Tan (dalam
Horng, dkk., 2005) mengemukakan bahwa video terbukti efektif untuk meningkatkan
kreatifitas para siswa. Storm & Storm (dalam Horng, dkk., 2005) juga menyatakan
bahwa pelajaran yang difasilitasi oleh penggu-naan video akan menjadi lebih
atraktif, menarik, dan lebih mudah diingat oleh para siswa. Mata pelajaran juga
akan lebih atraktif dan menstimulasi pada saat menggunakan komputer,
transparansi, slide show, dan
berbagai pera-latan multimedia lainnya. Selain itu, kekahlian penggunaan
komputer meru-pakan prasyarat bagi guru yang kreatif dan akses terhadap
sumber-sumber pendidikan yang berlimpah di internet.
Strategi ketiga, adalah strategi manajemen
kelas (class management strategies). Strategi
ini mencakup pembuatan iklim interaksi antara guru dan siswa yang bersabahat
dan memperlakukan siswa dengan menghormati ber-bagai kebutuhan dan
individualitasnya. Guru diharapkan mampu berbicara dengan nada dan bahasa tubuh
yang ramah (gentle) kepada para
siswanya. Guru diharapkan juga tidak menginterupsi atau menghakimi secara
tergesa-gesa pada saat para siswa mengekspresikan ide-idenya. Guru diharapkan
mampu memberikan bimbingan, pertanyaan terbuka yang lebih banyak, atau
menyampaikan pengalaman pribadinya sebagai referensi. Humor yang digu-nakan
guru di dalam kelas dapat menjadi jembatan penghubung antara guru dan siswa,
serta menyediakan lingkungan belajar yang santai.
Strategi keempat, untuk meningkatkan kreatifitas
para siswa adalah dengan menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan
nyata. Esquivel (dalam Horng, dkk., 2005) mengemukakan bahwa para siswa
me-nyukai pelajaran yang berhubungan dengan berbagai peristiwa kehidupan nyata.
Guru yang mampu memberikan pelajaran sesuai dengan konteks nya-ta kehidupan
berarti telah membagikan pengalamannya kepada para siswa. Hal ini akan menjadi
pemicu bagi para siswa untuk memberikan respon, ber-diskusi, dan berfikir dalam
tingkat tinggi.
Strategi kelima, adalah menggunakan pertanyaan
terbuka dan mendo-rong para siswa untuk berpikir kreatif (open questions and a encouragement of creative thinking). Pertanyaan-pertanyaan
terbuka akan menggerakkan pa-ra siswa untuk berpikir kreatif juga selalu
mendorong siswanya untuk membu-at dan berimajinasi dalam diskusi kelompok.
Berbagai temuan penelitian (Horng, dkk., 2005) menunjukkan bahwa pernyataan
terbuka merupakan ka-rakteristik dari guru yang kreatif. Guru yang kreatif juga
selalu mendorong siswanya untuk membuat dan berimajinasi dalam diskusi
kelompok. Berbagai hasil penelitian (dalam Horng, dkk., 2005) menunjukkan bahwa
para guru da-pat memberikan pengaruh yang lebih positif dengan mendorong para
siswa agar “menjadi kreatif”.
Csikszentmihalyi
(dalam Sternberg, 1999) menyatakan bahwa komuni-taslah yang membuat kreatifitas
seseorang dapat muncul. Pendapat tersebut seharusnya membuat para guru menjadi
lebih optimis dalam menerapkan strategi pengajaran kreatif dan mendesain
lingkungan pembelajaran yang mendukung kreatifitas, sehingga kreatifitas para
siswa menjadi meningkat.
G.
Simpulan
Pendidikan yang saat ini dilaksanakan di
Indonesia
cenderung lebih mengutamakan pengembangan kemampuan kognitif pada semua pada
jen-jang pendidikan. Hal ini membuat para peserta didik sering mengalami
kegagapan saat harus menyelesaikan masalah-masalah yang riel di lapangan. Kenyataannya
adalah tidak semua masalah dapat diselesaikan secara efektif dengan menggunakan
kemampuan kognitif saja. Oleh karena itu dalam interaksi belajar mengajar, perlu
dipilih model pembelajaran yang kreatif.
Pada
prinsipnya, tidak ada satupun model pembelajaran yang dipan-dang sempurna dan
cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap mata pelajaran.
Pertimbangan
utama dalam memilih model pembelajaran adalah kese-suaian model pembelajaran
tersebut dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa. Apabila
terdapat beberapa jenis model pembelajaran yang sama-sama baik dan sesuai, maka
prioritas kita adalah memilih jenis model pembelajaran yang murah, lebih
praktis dan yang telah tersedia di sekitar kita.
Menjadi
guru kreatif, profesional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan
mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Hal ini
penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Dalam memilih model
pembelajaran, guru sebaiknya menyesuaikan dengan karakteristik siswa, isi materi
pembelajaran dan tujuan pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar